Pages

Selasa, 24 Juni 2014

Sosiologi : Kelompok Sosial



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Kelompok sosial adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Kelompok sosial yaitu sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang dilakukan diatur dengan norma-norma;tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan dan peranan masing-masing;dan diantara orang-orang itu ada ketergantungan satu sama lain. Sedangkan sekumpulan orang yang karena sesuatu hal berkumpul di suatu tempat dalam waktu sesaat disebut kerumunan.
Perbedaan kelompok sosial, kolektifitas sosial dan kategori sosial. Kolektifitas adalah suatu perasaan solidaritas sosial, karena memiliki nilai-nilai yang sama atau adanya kewajiban moral untuk memenuhi harapan-harapan peran.
Katagori sosial adalah pengelompokan sejumlah orang atas dasar karakteristik-karakteristik tertentu seperti umur, jenis kelamin, mata pencarian dll. Kelompok sosial sangat berkaitan dalam kegidupan sosialisasi dan bermasyarakat. Oleh karena itu sangat penting memahami kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian kelompok sosial?
2.    Bagaimana kajian pendekatan sosiologis terhadap kelompok sosial ?
3.    Bagaimana teori terbentuknya kelompok sosial?
4.    Bagaimana proses terbentuknya kelompok sosial?
5.    Apa saja macam-macam kelompok sosial?
6.    Bagaimana struktur masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan ?
7.    Bagaimana pentingnya kelompok kecil dalam suatu masyarakat ?
8.    Seperti apa dinamika sosial yang ada dalam masyarakat ?
C.  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1.    Pengertian kelompok sosial
2.    kajian pendekatan sosiologis terhadap kelompok sosial
3.    Teori terbentuknya kelompok sosial
4.    Proses terbentuknya kelompok sosial
5.    Macam-macam kelompok sosial
6.    struktur masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
7.    pentingnya kelompok kecil dalam suatu masyarakat
8.    Seperti apa dinamika sosial yang ada dalam masyarakat











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan atau untuk meningkatkan hubungan antar individu.
Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne :
1.    Interaksi : anggota-anggota kelompok harus berinteraksi satu sama lain.
2.    Interdependen : apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain.
3.    Tujuan yang dibagi : beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.
4.    Struktur : fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki peran.
5.    Persepsi : anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Jadi kelompok sosial itu merupakan kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan saling ketergantungan dan saling tolong menolong.
Pengertian Kelompok Sosial menurut para ahli :
1.    Menurut Soerjono Soekanto
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.

2.    Menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt
Kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.
3.    Menurut George Homans
Kelompok sosial adalah kumpulan individu yang melakukan kegiatan, interaksi, dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubungan timbal balik.
4.    Menurut Robert K Merton
Kelompok sosial adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan.
5.    Menurut Hendropuspito
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan yang nyata,teratur, dan tetap dari orang-orang yang melaksanakan peranannya yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang sama.
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur. Kelompok sosial terbentuk setelah di antara individu yang satu dan individu yang lain bertemu. Pertemuan antarindividu yang menghasilkan kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak, komunikasi, kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi untuk mencapai tujuan bersama, bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian, dan konflik. Dengan demikian, interaksi merupakan syarat utama yang harus dipenuhi agar terbentuk kelompok sosial.
Sebagai gambaran tentang pengertian kelompok sosial, berikut ini merupakan beberapa kutipan pengertian yang diambil dari beberapa sosiolog.
a.    Astrid Soesanto
Kelompok sosial adalah kesatuan dari dua atau lebih individu yang mengalami interaksi psikologis satu sama lain.
b.    Robert K. Merton
Kelompok sosial adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan.
c.    Hendropuspito
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan yang nyata, teratur, dan tetap dari orang-orang yang melaksanakan peranannya yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang sama. Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur.
d.   Soerjono Soekanto
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, antaranggotanya saling berhubungan, saling me mengaruhi dan memiliki kesadaran untuk saling menolong.
e.    Bierens de Haan
Kelompok sosial bukan merupakan jumlah anggotanya saja, melainkan suatu kenyataan yang ditentukan oleh datang dan pergi anggota-anggotanya. Kenyataan kelompok ditentukan oleh nilai-nilai yang dihadapi bersama oleh fungsi kelompok sebagaimana disadari oleh anggotanya.
f.     Menurut Hendro Puspito
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.
g.    Menurut Paul B. Horton & Chaster L. Hunt
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.
Dengan demikian, kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Oleh karena itu, kelompok sosial bukan hanya merupakan kumpulan manusia, tetapi juga mempunyai suatu ikatan psikologis yang diwujudkan dalam bentuk interaksi sosial secara tetap dan teratur.
B.  Pendekatan Sosiologis Terhadap Kelompok-Kelompok Sosial
Seorang sosiolog dalam menelaah masyarakat manusia akan banyak berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial baik yang kecil seperti kelompok keluarga, ataupun kelompok-kelompok besar seperti masyarakat desa, masyarakat kota, bangsa, dan lain-lain. hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Walaupun anggota-anggota keluarga selalu menyebar pada waktu tertentu, mereka pasti akan berkumpul seperti misalnya pada makan pagi, siang, dan malam. Setiap anggota mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungannya dengan kelompok-kelompok sosial lainnya di luar rumah. Bila mereka berkumpul, terjadilah tukar-menukar pengalaman diantara mereka. Saling tukar menukar pengalaman yang disebut dengan social experiences di dalam kehidupan berkelompok mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian orang-orang yang bersangkutan. Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Suatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya mengendalikan anggota-anggotanya. Para sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial dalam mengatur tindakan-tindakan anggotanya agar tercapai tata tertib di dalam kelompok. Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang sinambung tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya.


C.  Teori Terbentuknya Kelompok Sosial
Thomas mengemukakan beberapa teori tentang terbentuknya kelompok :
1.    Teori Kontrak Sosial atau Perjanjian Sosial
Teori ini dikembangkan oleh Rousseau, Hobbes, dan Locke. Mereka sama-sama berangkat dari sebuah pemikiran awal yang menyatakan bahwa terbentuknya sebuah negara adalah karena adanya kesepakatan dari masyarakat atau individu-individu dalam masyarakat untuk melakukan kesepakatan atau perjanjian. Mereka sama-sama mendasarkan analisis-analisis mereka pada anggapan dasar bahwa manusialah sebagai sumber dari kewenangan sebuah negara.
2.    Teori Hasrat Sosial
Teori ini berpendapat bahwa manusia yang tadinya hidup terpisah-pisah kemudian hidup dalam pergaulan antarmanusia disebabkan karena pada diri tiap individu terdapat hasrat sosial yang senantiasa mendorong untuk bergaul dengan sesamanya.
3.    Teori Tenaga yang Menggabungkan
Pencetus teori ini adalah P.J. Bowman. Ia mengemukakan bahwa kelompok terbentuk karena manusia senantiasa hidup bersama dalam suatu pergaulan yang didorong oleh tenaga-tenaga yang menggabungkan atau mengintegrasikan individu ke dalam suatu pergaulan.
4.    Teori Kedekatan (Propinguity Theory)
Merupakan teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok yang menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya afiliasi (perkenalan) diantara orang-orang tertentu.
5.    Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain karena ada kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan.
6.    Teori Alasan Praktis (Practical Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kelompok terbentuk karena kelompok cenderung memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang berkelompok. Kebutuhan-kebutuhan sosial praktis tersebut dapat berupa alasan ekonomi, status sosial, keamanan, politis dan alasan sosial lainnya.
D.  Proses Terbentuknya Kelompok Sosial
Ø Ciri-ciri terbentuknya kelompok sosial :
1.    Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain.
2.    Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
3.    Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing.
4.    Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
5.    Berlangsungnya suatu kepentingan.
Ø Syarat terbentuknya kelompok sosial :
1.    Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2.    Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3.    Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat. Faktor tersebut antara lain nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.
4.    Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Ø Faktor pembentukan kelompok sosial
a.    Kedekatan
1.    Kedekatan geografis tempat tinggal
Pengaruh tingkat kedekatan atau kedekatan geografis terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi kedekatan menumbuhkan interaksi yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
2.    Kedekatan geografis terhadap daerah asal
Ketika seseorang merantau ke suatu tempat dan bertemu dengan orang yang sama-sama merantau dan berasal dari daerah yang sama, maka orang tersebut merasa ada ikatan batin meskipun semula belum saling mengenal ketika masih di daerah asal.
b.    Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Kebanyakan orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, atau karakter-karakter yang lain.
Kesamaan-kesamaan yang dimaksud antara lain :
1.    Kesamaan kepentingan
Dengan adanya dasar utama adalah kesamaan kepentingan maka kelompok sosial ini akan bekerja sama demi mencapai kepentingan yang sama tersebut.
2.    Kesamaan keturunan
Sebuah kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan keturunan biasanya orientasinya adalah untuk menyambung tali persaudaraan, sehingga masing-masing anggotanya akan saling berkomitmen untuk tetap aktif dalam kelompok sosial ini untuk menjaga tali persaudaraan agar tidak terputus.
3.    Kesamaan nasib
Dengan kesamaan nasib, pekerjaan, profesi maka akan terbentuk kelompok sosial yang mewadahinya untuk meningkatkan taraf maupun kinerja masing-masing anggotanya.
Ø Faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial
1.    Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dengan manusia membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial yang telah ada, maka secara tidak langsung manusia tersebut telah berusaha mampertahankan hidupnya karena kebutuhan hidupnya tidak mungkin akan terpenuhi dengan hidup menyendiri. Selain itu dengan adanya kelompok sosial, hubungan manusia semakin luas sehingga kemanapun ia pergi akan senantiasa merasa aman.


2.    Dorongan untuk meneruskan keturunan
Semua makhluk hidup mempunyai sifat alamiah yang sama yaitu meneruskan keturunan. Dengan kelompok sosial itulah seseorang akan menemukan pasangannya masing-masing sehingga dengan demikian dorongan untuk meneruskan keturunan ini dapat tercapai.
3.    Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
Di era modern seperti sekarang ini manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan yang efektif dan efisien dan memperoleh hasil kerja yang maksimal. Oleh sebab itu dengan adanya kelompok sosial akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Misalnya pada kelompok formal, dengan adanya pembagian tugas yang jelas maka pekerjaan yang dihasilkan akan dapat maksimal.
E.  Macam-Macam Kelompok Sosial
Menurut Robert Bierstedt kelompok sosial dibedakan menjadi :
a.    Kelompok sosial yang teratur
1.    In Group dan Out Group
In Group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasi dirinya dalam kelompok tersebut. Sifat in group biasanya didasarkan pada faktor simpati dan kedekatan dengan anggota kelompok.
Out Group adalah kelompok yang diartikan oleh individu sebagai lawan in groupnya. Dengan kata lain kelompok yang berada di luar kelompok dirinya. Munculnya perasaan in group dan out group merupakan dasar tumbuhnya sikap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah suatu paham yang menganggap kebudayaan sendiri lebih baik daripada kebudayaan lain. Baik in group maupun out group dapat ditemui di semua masyarakat walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama.


2.    Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan adanya interaksi antar anggota yang terjalin lebih intensif, lebih erat dan lebih akrab. Kelompok primer ini sering disebut juga dengan kelompok “face to face” karena para anggota kelompok sering berdialog dan bertatap muka dan mereka saling mengenal lebih dekat. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan pada simpati. Pada kelompok primer pembagian kerja atau pembagian tugas tidak dilakukan secara terpaksa karena lebih dititikberatkan atas dasar rasa simpati dan secara sukarela. Contoh dari kelompok primer adalah keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar, dan lain-lain.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang diantara anggotanya terdapat hubungan tidak langsung, formal dan kurang bersifat kekeluargaan. Diantara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya tidak saling mengenal dan tidak akrab dan sifatnya pun tidak permanen. Para anggota menerima pembagian kerja atau pembagian tugas atas dasar kemampuan dan keahlian tertentu. Adanya pembagian seperti itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam program-program yang sudah disepakati bersama. Contoh kelompok sekunder yaitu partai politik, perhimpunan serikat kerja, organisasi profesi dan sebagainya.
3.    Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesselschaft)
Paguyuban (Gemeinschaft) adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah serta kekal. Hubungannya didasari oleh rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang telah ditakdirkan. Bentuk paguyuban bisa ditemui di keluarga, kelompok, kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Paguyuban mempunyai ciri-ciri hubungan akrab, bersifat pribadi, dan eksklusif (hanya orang tertentu).
Menurut Ferdinand Tonnies, di masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga tipe paguyuban yaitu :
a.    Paguyuban karena ikatan darah seperti keluarga, kekerabatan, kesukuan, dan lain-lain.
b.    Paguyuban karena tempat seperti rukun tetangga, rukun warga, dan lain-lain.
c.    Paguyuban karena pikiran seperti pergerakan mahasiswa, partai politik, dan lain-lain.
Patembayan (Gesselschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya hanya untuk jangka waktu yang pendek. Hubungannya bersifat untuk semua orang. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk yang ada dalam pikiran belaka. Bentuk Gesselschaft terutama terdapat dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik misalnya ikatan antara pedagang.
Pada kehidupan Gemeinschaft, cenderung lebih mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan daripada peraturan-peraturan yang bersifat individualitas. Ini berarti kepentingan masyarakat lebih utama dan individu harus tunduk di bawahnya. Kepentingan-kepentingan pribadi harus dinomor duakan setelah kepentingan-kepentingan kelompok, hubungan didasarkan pada ikatan-ikatan sosial yang kuat dan tradisional. Kehidupan Gemeinschaft biasanya dapat dijumpai pada masyarakat yang terbatas misalnya pada masyarakat desa. Dilain pihak pada kehidupan Gesselschaft terdapat hubungan yang telah diperhitungkan untung dan ruginya dalam setiap perjanjian kerjasama. Dari sinilah terdapat pembagian tugas dan setiap tindakan selalu didasarkan pada alasan kepentingan pribadi.
4.    Formal Group dan Informal Group
Formal Group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan diantara anggota-anggotanya. Contohnya birokrasi, perusahaan, negara, partai politik, OSIS , dan sebagainya.
Informal Group adalah kelompok-kelompok yang tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Kelompok-kelompok tersebut pada umumnya terbentuk karena adanya pertemuan yang berulang kali dan hal tersebut menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya klik yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik sering ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antara anggota biasanya ikatan kelompok teman terdekat.
5.    Membership Group dan Reference Group
Membership group adalah kelompok dimana setiap orang secara fisik sebagai anggota kelompok tertentu. Ukuran yang dipakai untuk menentukan bahwa seseorang menjadi anggota suatu kelompok secara fisik, tidak dapat dilakukan secara mutlak karena adanya perubahan-perubahan keadaan. Ciri yang paling pokok untuk menentukan keanggotaan seseorang di dalam kelompok adalah bagaimana interaksinya dalam kelompok tersebut. Untuk membedakan keanggotaan atas dasar derajat interaksi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu nominal group member dan peripheral group member. Seorang anggota yang dikategorikan sebagai nominal group member dikarenakan seseorang tersebut dikarenakan masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, akan tetapi interaksinya tidak intens. Sedangkan peripheral group member seolah-olah seseorang anggota kelompok sudah tidak lagi berhubungan dengan kelompoknya sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuasaan apapun atas anggota tersebut.
Reference Group adalah kelompok yang menjadi ukuran bagi seseorang untuk mengidentifikasi dirinya dalam membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain bahwa seseorang yang bukan anggota kelompok sosial yang bersangkutan mengidentifikasi dirinya dengan kelompok lain sebagai kelompok teladan. Misalnya seseorang yang tertarik pada kelompok lain dikarenakan kekagumannya atau karena sedang dalam rangka mengembangkan pribadinya terutama dalam bersikap, artinya ia mengidentifikasi dirinya terhadap kelompok lain sebagai reference group.
Menurut Robert K Merton ada dua tipe Reference Group :
1.    Tipe Normatif
Adalah kelompok yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang.
2.    Tipe Perbandingan
Adalah kelompok yang menjadi pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.
Pada tipe normatif dapat dianggap sebagai sumber dari nilai-nilai tiap individu baik yang menjadi anggota maupun bukan anggotadari kelompok tersebut. Contonya generasi muda suatu suku memegang teguh adat istiadat yang telah dijalani para pendahulunya. Sedangkan pada tipe perbandingan dipakai sebagai perbandingan untuk menentukan status seseorang. Contohnya jabatan seseorang dibandingkan dengan jabatan individu yang lainnya pada satu instansi.
6.    Kelompok Okupasional dan Volunteer
Pada awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono Soekanto, dapat melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam masyarakat tersebut belum ada pembagian kerja yang jelas. Akan tetapi, sejalan dengan kemajuan peradaban manusia, sistem pembagian kerja pun berubah. Salah satu bentuknya adalah masyarakat itu sudah berkembang menjadi suatu masyarakat yang heterogen. Pada masyarakat seperti ini, sudah berkembang sistem pembagian kerja yang didasarkan pada kekhususan atau spesialisasi. Warga masyarakat akan bekerja sesuai dengan bakatnya masing-masing. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin pudar fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok terdiri atas orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama para anggotanya.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir tidak ada masyarakat yang tertutup dari dunia luar sehingga ruang jangkauan suatu masyarakatpun semakin luas. Meluasnya ruang jangkauan ini mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat tersebut. Akhirnya tidak semua kepentingan individual warga masyarakat dapat dipenuhi.
Akibatnya dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan masyarakat secara keseluruhan, muncullah kelompok volunteer. Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas jangkauannya tadi. Dengan demikian, kelompok volunteer dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara luas.
Beberapa kepentingan itu antara lain:
1)        Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
2)        Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
3)        Kebutuhan akan harga diri
4)        Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diris
5)        Kebutuhan akan kasih sayang
b.    Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
Benuk kelompok sosial yang tidak teratur yaitu kerumunan. Kerumunan adalah individu-individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan. Kerumunan terjadi karena banyaknya berbagai macam aktifitas manusia yang dapat menimbulkan daya tarik suatu massa yang selanjutnya berkumpul pada suatu tempat tertentu. Setiap adanya manusia yang berkumpul hingga batas-batas tertentu ini menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Walaupun mereka saling bertemu dan berada di suatu tempat tersebut secara kebetulan misalnya di bioskop, namun kesadaran adanya orang lain telah membuktikan bahwa terdapat adanya ikatan sosial. Ciri-ciri yang paling pokok dari kerumunan adalah berkumpulnya individu-individu secara fisik. Kerumunan akan segera hilang setelah masing-masing individu meninggalkan tempat dimana sebelumnya ia berkumpul. Oleh karena itu kerumunan tergolong sebagai kelompok sosial yang bersifat sementara.
Menurut Abdul Syani, kerumunan dibedakan menjadi :
a.    Kerumunan Aktif
Disebabkan tidak terdapat adanya struktur organisasi, pembagian kerja dan aturan-aturan tertentu dalam suatu kerumunan, maka ia akan banyak sekali berakibat negatif atau merusak. Adanya kegelisahan dan ketegangan tertentu merupakan suatu dorongan untuk bangkitnya kerumunan aktif.
b.    Kerumunan Ekspresif
Kerumunan ekspresif adalah kerumunan yang didasari oleh luapan emosi yaitu disamping tanpa sasaran yang jelas juga hanya sekedar luapan emosi atau ketegangan semata. Kerumunan ekspresif biasanya tidak terlalu banyak beraksi secara kontak fisik melainkan lebih banyak menunjukkan perasaan atau sikap seperti menangis, menjerit, dan lain-lain.
Menurut Kingsley Davis kerumunan dibedakan menjadi :
1.    Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
a.    Khalayak penonton atau pendengar yang formil (Formal Audience) adalah kerumunan-kerumunan yang memiliki pusat perhatian dan persamaan tujuan, akan tetapi sifatnya pasif. Contohnya penonton-penonton film.
b.    Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planed expressive group) adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting akan tetapi memiliki persamaan tujuan dalam aktifitas kerumunan tersebut. Fungsinya sebagai penyalur keterangan-keterangan yang dialami orang karena pekerjaannya sehari-hari. Contohnya orang yang berpesta.


2.    Kerumunan yang bersifat sementara
a.    Kumpulan yang kurang menyenangkan adalah orang-orang yang antri karcis, orang-orang yang menunggu bus, dan sebagainya. Dalam kerumunan itu kehadiran orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.
b.    Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik adalah orang-orang yang sama-sama berusaha menyelamatkan diri dari bahaya.
c.    Kerumunan penonton yang terjadi karena orang-orang ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan ini hampir sama dengan khalayak penonton, akan tetapi bedanya adalah kerumunan penonton tidak direncanakan.
3.    Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum
a.    Kerumunan yang bertindak emosional. Kerumunan ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan mempergunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
b.    Kerumunan yang bersifat immoril. Hampir sama dengan kelompok-kelompok ekspreis akan tetapi bedanya adalah bahwa yang pertama bertentangan dengan norma-norma masyarakat.
F.   Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community)
1.    Masyarakat Setempat (Community)
Community dapat diartikan sebagai masyarakat setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama, kelompok itu disebut masyarakat setempat. Dengan demikian kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat setempat adalah adanya social relationships antara anggota suatu kelompok.
Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. Jadi masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat tersebut.
Masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Sebagai contoh di bidang pertanian mengenai soal cara-cara penanaman yang lebih efisien, penggunaan pupuk dan sebagainya itu masyarakat desa masih tetap mempertahankan tradisi yaitu ada hubungan yang erat dengan tanah karenatanah itulah yang memberikan kehidupan kepadanya. Disamping itu harus ada suatu perasaan di antara anggota bahwa mereka saling memerlukan dan tanah yang mereka tinggali memberikan kehidupan kepada semuanya. Perasaan demikian yang pada hakikatnya merupakan identifikasi dengan tempat tinggal dinamakan dengan perasaan komuniti (community sentiment).
Unsur-unsur perasaan komuniti antara lain :
a.    Seperasaan
Unsur perasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya. Pada unsur seperasaan kepentingan-kepentingan kelompok individu diselaraskan dengan kepentingan kelompok sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya.
b.    Sepenanggungan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memingkinkan peranannya dalam kelompok dijalankan sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya.
c.    Saling memerlukan
Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitinya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikologis.
2.    Tipe-Tipe Masyarakat Setempat
Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat dapat digunakan empat kriteria yang saling berpautan yaitu :
a.    Jumlah penduduk
b.    Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman
c.    Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
d.   Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
Kriteria tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara jenis masyarakat setempat yang sederhana dan modern serta antara masyarakat pedesaan dan perkotaan.
3.    Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Dalam masyarakat modern sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan rural community dan urban community. Warga pedesaan, suatu masyarakat mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atau dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umunya hidup dari pertanian. Namun demikian tidak berarti setiap orang mempunyai tanah. Di pulau Jawa dikenal adanya empat macam sistem pemilikan tanah yaitu :
a.    Sistem milik umum atau milik kommunal dengan pemakaian beralih-alih.
b.    Sistem milik kommunal dengan pemakaian bergiliran.
c.    Sistem kommunal dengan pemakaian tetap.
d.   Sistem milik indivisu.
Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien karena belum dikenalnya mekanisasi dalam pertanian. Biasanya mereka bertani untuk mencukupi kehidupannya sendiri dan tidak untuk dijual. Cara bertani yang demikian dinamakan subsistence farming yaitu mereka merasa puas apabila kebutuhan keluarga telah tercukupi. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan yang dihadapi. Kesukarannya adalah golongan orang-orang tua mempunyai pandangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang nyata. Apabila ditinjau dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak resmi. Segala sesuatu dijalankan atas dasar musyawarah.
Masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Antara warga masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan terdapat perbedaan. Di desa yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan utama kehidupan, hubungan-hubungan untuk memerhatikan fungsi pakaian, makanan, rumah, dan sebagainya. Sedangkan di kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup. Ada beberapa ciri yang meninjol pada masyarakat kota yaitu :
a.    Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa.
b.    Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
c.    Pembagian kerja diantara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata.
d.   Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa karena sistem pembagian kerja yang tegas.
e.    Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
f.     Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
g.    Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar.
Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Proses urbanisasi dapat terjadi dengan lambat maupun cepat tergantung pada keadaan masyarakat yang bersangkutan. Proses tersebut terjadi dengan menyangkut dua aspek yaitu :
a.    Perubahan masyarakat desa menjadi masyarakat kota.
b.    Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya penduduk yang berasal dari desa.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebab-sebab terjadinya urbanisasi yaitu :
a.    Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi ibu kota seperti Jakarta.
b.    Letaknya tempat tersebut yang sangat strategis untuk usaha-usaha perdagangan/perniagaan.
c.    Timbulnya industri di daerah itu yang memproduksikan barang maupun jasa.
Sebuah kota pada hakikatnya merupakan suatu tempat pertemuan antara bangsa. Apabila ditinjau sebab urbanisasi maka harus diperhatikan dua sudut yaitu :
a.    Faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya. (push factors).
b.    Faktor kota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap di kota-kota (pull factors).
Bila dianalisis, sebab-sebab pendorong orang desa meninggalkan tempat tinggalnya secara umum yaitu :
a.    Di desa lapangan kerja pada umumnya kurang. Pekerjaan yang dapat dikerjakan adalah pekerjaan yang semuanya manghadapi berbagai kendala seperti irigasi yang tidak memadai atau tanah yang kurang subur serta terbatas. Keadaan tersebut menimbulkan pengangguran tersamar disgiused unemployment.
b.    Penduduk desa terutama kaum muda-mudi merasa tertekan oleh adat istiadat yang mengakibatkan cara hidup yang monoton. Untuk mengambangkan pertumbuhan jiwa banyak yang pergi ke kota.
c.    Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan. Oleh karena itu banyak orang yang ingin maju meninggalkan desa.
d.   Rekreasi yang merupakan salah satu faktor penting di bidang spiritual kurang sekali dan jika ada, perkembangannya sangat lambat.
e.    Bagi penduduk desa yang mempunyai keahlian lain selain bertani seperti misalnya kerajinan tangan, tentu menginginkan pasaran yang lebih luas bagi hasil produksinya.
Sebaliknya akan dijumpai beberapa faktor penarik dari kota antara lain :
a.    Penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan bahwa di kota banyak pekerjaan serta banyak penghasilan. Karena sirkulasi uang di kota jauh lebih cepat, lebih besar, dan lebih banyak maka secara relatif lebih mudah mendapatkan uang daripada di desa.
b.    Di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahaan industri dan lain-lain. hal ini disebabkan karena lebih mudahnya didapatkan izin dan terutama kredit bank.
c.    Kelebihan modal di kota lebih banyak daripada di desa.
d.   Pendidikan lebih banyak di kota dan dengan sendirinya lebih mudah didapat.
e.    Kota merupakan suatu tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.
f.     Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang dan dari segala lapisan.
G. Kelompok-Kelompok kecil
Small group adalah suatu kelompok yang secara teoritis terdiri dari paling sedikit dua orang, dimana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri penting baginya.
Akhir-akhir ini para sosiolog banyak menaruh perhatian pada penelitian small group karena
a.    Small group mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakat dan terhadap perilaku sehari-hari.
b.    Dalam kelompok kecil, pertemuan antara kepentingan sosial dan kepentingan individu berlangsung secara tajam. Penelitian terhadap gejala tersebut memungkinkan tersusunnya hukum-hukum umum mengenai bagaimana tingkah laku individu dalam menghadapi kenyataan sosial.
c.    Small group pada dasarnya adalah sel yang menggerakan suatu organismeyang dinamakan masyarakat.
d.   Kelompok kecil merupakan bentuk khusus dalam kerangka sistem sosial secara keseluruhan
H.  Dinamika kelompok sosial
Dinamika dalam kelompok sosial terjadi karena beberapa faktor diantaranya ancaman dari luar merupakan faktor utama terjadinya perubahan struktur kelompok sosial, faktor kedua adalah pergantian anggota-anggota kelompok, dan yang ketiga adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi.
Apabila terjadi dianmika dalam kelompok, maka secara hipotesis prosesnya adalah sebagai berikut:
1.    Bila dua kelompok bersaing maka akan timbul stereotip
2.    Kontak antar dua kelompok yang bermusuhan tidak akan mengurangi sikap tindak bermusuhan tersebut
3.    Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama akan dapat menetralkan sikap tindak bermusuhan
4.   
Menghindari
Menerima
Asimilasi
Agresif
Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi positif









  1. Frustasi selama jangka waktu yang lama
  2. Tersinggung
  3. Dirugikan
  4. Ada ancaman dari luar
  5. Diperlakukan tidak adil
  6. Terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sensitif


















BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. kelompok sosial bukan hanya merupakan kumpulan manusia, tetapi juga mempunyai suatu ikatan psikologis yang diwujudkan dalam bentuk interaksi sosial secara tetap dan teratur.
Beberapa teori terbentuknya kelompok sosial menurut Thomas adalah Teori Kontrak Sosial atau Perjanjian Sosial, Teori Hasrat Sosial, Teori Tenaga yang Menggabungkan, Teori Kedekatan (Propinguity Theory), Teori Keseimbangan, dan Teori Alasan Praktis (Practical Theory).
Faktor pembentukan kelompok sosial adalah kedekatan dan kesamaan. Kedekatan dibagi menjadi dua yaitu kedekatan geografis tempat tinggal dan kedekatan geografis terhadap daerah asal. Sedangkan kesamaan dibagi menjadi kesamaan kepentingan, kesamaan keturunan, dan kesamaan nasib. Dan faktor pendorong timbulnya kelompok sosial adalah dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk meneruskan keturunan, dan dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
Macam-macam kelompok sosial  dibagi menjadi dua yaitu kelompok sosial yang teratur dan kelompok sosial yang tidak teratur. Kelompok sosial yang teratur dibagi menjadi in group dan out group, kelompok primer dan kelompok sekunder, paguyuban (Gemeinschaft) dan patembayan (Gesselschaft), formal group dan informal group, membership group dan reference group. Sedangkan kelompok sosial yang tidak teratur yaitu kerumunan. Kerumunan ini dibagi menjadi kerumunan aktif dan kerumunan ekspresif.
B.  Saran
Berinteraksilah dengan baik terutama di dalam kelompok sosial karena sebagai makhluk sosial kita tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

1 komentar: